Era Jokowi, Indeks Kemakmuran Petani Merosot


NILAI TUKAR PETANI JANUARI SAMPAI APRIL 2016 TURUN

Untuk menyegarkan lagi ingatan kita mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) berikut penjelasannya ringkas; NTP adalah salah satu ukuran terpenting daya beli dan juga kemakmuran petani, NTP merupakan perbandingan pendapatan yang diterima petani dari hasil panen dibanding harga yang harus dibayar petani untuk kebutuhan hidup dan sarana produksi (pupuk,pestisida,sewa traktor,pompa dsb).

NTP dihitung dengan nilai indeks 100:
a. 100 = penerimaan dan pengeluaran impas atau seimbang
b. Di atas 100 = Surplus: penerimaan lebih besar dari pengeluaran
c. Di bawah 100 = Defisit: pengeluaran lebih banyak dari pada penghasilan.

Berikut data-data NTP petani Indonesia dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Presiden telah menetapkan data BPS adalah satu-satunya data resmi yang diakui pemerintah.

Berikut data NTP dari Januari sampai April 2016 dibanding bulan sebelumnya.

1. DATA NTP JANUARI SAMPAI APRIL 2016

JANUARI =102,55 .Turun 0,27 %
FEBRUARI = 102,23 .Turun 0,31 %
MARET = 101,32 .Turun 0,89 %
APRIL = 101,22.Turun 0,10 %

Jadi NTP Indonesia mendekati ke posisi 100. Menurut data BPS penurunan sudah mencapai 0,51 % jika dihitung dari Nopember 2015 sampai April 2016.

2. PENURUNAN DRASTIS NTP PERTANIAN PANGAN

Para petani yang bertani tanaman pangan, yaitu padi dan jagung mengalami penurunan NTP secara drastis
2% dari 100,69 menjadi 98,68 (dari Maret sampai April 2016) berarti petani beras, jagung sudah mengalami defisit pendapatan atau tekor.

3. INFLASI DI PEDESAAN LEBIH TINGGI DARI DI PERKOTAAN

Salah satu penyebab dari merosotnya NTP adalah lebih tingginya kenaikan harga-harga kebutuhan di pedesaan dari di perkotaan. Dari Januari sampaj Maret 2016 harga-harga di kota naik 0,19% sedangkan desa naik 0,95%. Ini berdampak kepada petani yang hidup di pedesaan.

4. KEJANGGALAN:

NTP turun di saat panen raya yang seharusnya pendapatan petani meningkat. Di tahun 2015 panen raya terjadi bulan Januari dan Pebruari. Tahun 2016 ini panen raya mundur karena cuaca, menjadi Pebruari sampai April tetapi justru NTP turun terus dari Januari sampai April. Mengapa? Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih memberi penjelasan, justru di panen raya petani padi menjual hasil panen di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) karena mereka ingin cepat menjual sebab mereka tidak punya gudang untuk menyimpan dan juga tidak ada gudang koperasi petani. Jika tidak segera di jual maka hasil panen akan rusak. Maka banyak petani padi, jagung tidak mendapat untung berpindah ke pertanian hortikultural (sayuaran dan buah) dan akibtanya selalu terjadi kekurangan beras yang kemudian diisi dengansuplai beras impor.

KESIMPULAN:

Kebijakan apapun yang dimiliki pemerintah Jokowi -JK saat ini tidak bisa berfungsi menaikkan pendapatan petani secara berarti. Mungkin pedagang perantara, termauk Bulog yang mendapat keuntungan. Saat ini Presiden telah menginstruksikan harga-harga diturunkan menjelang puasa/lebaran. Jika berhasil akan membuat masyarakat di kota senang dan memuji pemerintah. Memang penduduk kotalah yang kritis dan petani & penduduk desa umumnya tidak berani protes walaupun hidupnya makin susah. Harus ada keberpihakan pemerintah yang nyata kepada petani tidak cukup retorika pro-rakyat.

(Penulis: Sigid Kusumowidagdo)


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Era Jokowi, Indeks Kemakmuran Petani Merosot